Minggu, 15 Februari 2009

PETAK JALAN



tahap 1:salah satu masuk siding, sedang kereta dari timur menunggu di sinyal masuk

tahap 2 : dua kereta akan bersilangan


tahap 3 : persilangan terjadi, kereta dari barat ditahan di sinyal keluar dan kereta dari timur berjalan

Petak Jalan' adalah bagian dari lintas kereta api antara stasiun kereta api dengan stasiun yang berdekatan atau berurutan yang dibagi lagi atas petak blok,, pembentukan petak diperlukan untuk mengendalikan operasi kereta api, khususnya di jalur tunggal, pada jalur ganda pengaturannya lebih untuk menjaga jarak aman antara kereta dengan kereta yang didepannya.

Petak Blok

Petak Blok adalah bagian dari petak jalan yang dibatasi oleh sinyal keluar dengan sinyal masuk, atau sinyal masuk dengan sinyal keluar, atau sinyal keluar dengan sinyal blok, atau sinyal blok dengan sinyal blok, atau sinyal blok dengan sinyal masuk yang berurutan sesuai dengan arah perjalanan kereta api. Dua kereta api tidak diijinkan untuk berada dalam satu blok, untuk itu digunakan sinyal kereta api.

Petak jalan bebas

Petak Jalan Bebas adalah bagian petak jalan antara dua sinyal masuk pada jalur tunggal atau antara sinyal keluar dengan sinyal masuk pada jalur ganda.

PPKA

PPKA adalah singkatan dari Pengatur Perjalanan Kereta Api yaitu petugas yang mengatur perjalanan kereta api dalam suatu wilayah kerja tertentu. Untuk menduduki jabatan sebagai seorang PPKA harus yang memenuhi persyaratan kualifikasi tentang tatacara pengaturan perjalanan kereta api.

Pengaturan perjalanan kereta api


Pengaturan perjalanan kereta api meliputi[1] kegiatan :

  1. penyusunan garis besar perjalanan kereta api, merupakan penyusunan garis besar rencana operasi kereta api tentang jenis, jumlah, jadwal, dan rangkaian kereta api yang akan dijalankan di lintas yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan angkutan. ;
  2. pembuatan rencana perjalanan kereta api;
  3. pembuatan grafik perjalanan kereta api (GAPEKA);
  4. perubahan, penambahan dan/atau pengurangan perjalanan kereta api pada GAPEKA, GAPEKA ditinjau kembali dengan ketentuan :
    1. keterlambatan kereta api rata-rata melebihi toleransi yang ditetapkan;
    2. tidak ada kesesuaian antara GAPEKA dengan kebutuhan;
    3. perubahan kondisi prasarana, sarana dan sumber daya manusia.;
  5. penentuan kereta api yang jalan;
  6. pembatalan dan pengumuman perjalanan kereta api.

Tugas seseorang PPKA adalah menjaga agar Pengaturan tersebut diatas dapat dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

Ruang kendali PPKA

Ruang kendali pimpinan PPKA merupakan jantung operasional pelayanan kereta. Sebab, dari ruang itulah petugas mengawasi lintasan mana yang akan dilalui setiap kereta, baik masuk maupun keluar stasiun.

MASINIS

Masinis adalah orang yang bertangung jawab untuk menjalankan kereta api. Kata "masinis" berasal dari bahasa Belanda machinist yang sebenarnya berarti juru mesin. Disebut masinis karena pada awalnya juru mesinlah yang menjalankan kereta api.

Masinis bertanggung jawab untuk mempercepat, memperlambat atau menghentikan kereta api mengikuti/mematuhi sinyal kereta api, semboyan dan menjamin keselamatan kereta api yang dijalankannya sehingga dapat dikatakan masinis adalah kepala perjalanan.

Kereta tanpa masinis

Dalam dekade 2000-an mulai dikembangkan kereta api yang pengoperasiannya dikendalikan dari pusat pengendali kereta api, sehingga tidak diperlukan lagi kehadiran Masinis ataupun kondektur di dalam kereta api. Kereta api dijalankan dengan bantuan program komputer dan detektor-detektor untuk mengetahui semua informasi operasi kereta api seperti lokasi, kecepatan, pintu terbuka atau tertutup dll. Beberapa kereta api yang sudah tidak menggunakan masinis di antaranya, Matra di kota Lyon Perancis, MRT Utara-Selayan yang baru di Singapura, Monorail yang dikembangkan di Jepang.

Pendidikan masinis

Untuk menjadi masinis sebelumnya harus menjadi asisten/pembantu masinis. Pendidikan masinis dilaksanakan oleh PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) di Balai Pelatihan Teknik Traksi (BPTT) di Jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo Yogyakarta.

Kurikulum pendidikan masinis mencakup: Dasar Kewiraan, Kursus Pra Jabatan, Pengenalan lapangan, Pendidikan dan pelatihan teknis fungsional serta praktik lapangan dan proses magang. Untuk memperkaya pengalaman sebelum magang dilapangan para calon masinis dilatih dengan menggunakan simulator kereta api dimana semua peralatan yang ada didalam simulator ada didalam kabin kereta api.

Minggu, 08 Februari 2009

Jalur Kereta Api Semarang-Jakarta Lumpuh Total

JAKARTA - Banjir besar yang melanda Kota Semarang mengakibatkan putusnya jalur transportasi kereta api dari Jakarta menuju Surabaya dan sebaliknya. Lumpuhnya jalur ini bukan karena genangan air, tapi disebabkan rusaknya rel KA.

"Air menggerus tanah di bawah rel, sehingga rel KA posisinya menggantung," terang Kepala Humas Daops IV Semarang PT Kereta Api Wahyono kepada okezone di Jakarta, Minggu (8/2/2009).

Kerusakan rel kereta api terjadi di sekitar kawasan Kaliwungu dan Kalibodri. Kerusakan terjadi di beberapa titik dengan keadaan bervariasi. Ada rel yang tanahnya tergerus sepanjang 15 meter, di titik lain 20 meter, dan ada yang cuma satu meter. "Karena itu kita terpaksa mengalihkan rute perjalanan ke Jalur Selatan," terangnya.

KA yang sudah terlanjur masuk kawasan Semarang di tarik kembali ke Stasiun Tegal. Kemudian KA diputar balik di Purwokerto dan meneruskan perjalanan via Kutoarjo, Solo, dan Surabaya.

Tercatat ada 10 perjalanan KA yang terkena dampak banjir. Mulai tadi malam hingga dini hari tadi ada sembilan perjalanan KA yang dialihkan. Di antaranya KA Sembrani dan KA Kertajaya yang terjebak di Mangkang dan Kaliwungu, Semarang. "Tapi bisa kita usahakan tetap jalan dan berhasil lolos dari banjir. Sisanya kita tarik ke Tegal," ujarnya.

KA yang terpaksa ditarik karena terjebak di Stasiun Weleri adalah KA Anggrek dan KA Gumarang jurusan Jakarta-Surabaya. Sedangkan KA yang akan berhenti di Semarang yaitu Senja Utama di Stasiun Krengseng, KA Herina, dan KA Tawang Jaya untuk sementara diparkir di Pekalongan hingga keadaan pulih.
(okezone.com,minggu, 8 Februari 2009 - 09:43 wib)

Selasa, 03 Februari 2009

Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi


Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman
"KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan berbagai penyakit berat lain.

Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanaman ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau, orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia .

Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti
Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru, Singapura, dan berbagai negara di dunia.

Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker
payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus
menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.
"Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan
kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan," jelas Patoppoi.

Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan
informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysiauntuk membeli teh tersebut," ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah toko obat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.
"Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut. Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi,
tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum. Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.

Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman
tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat, familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,
mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di
Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.

Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat," lanjut Patoppoi. Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku tersebut untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya, Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman tersebut. "Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut tumbuh liar di pinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu.

Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makan ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.

Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh
mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Para dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada isterinya.. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi.

Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar
mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan
pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali diundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena sesuatu hal, para dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan tanaman sebagai pengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.
Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi
Dr.Teo melalui fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut banyak terdapat di Jawa dan mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia. Kemudian Dr . Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi. Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam bahasa Indonesiadan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha nyata membantu penderita kanker di Indonesia.
Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai meninggalnya Wing Wiryanto, salah satu wartawan handal Jawa Pos,Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala, penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut. "Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos," ujar Boni. Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari, bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada sekitar 300 orang yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani, Buduran Sidoarjo.

Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim stadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi..
Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku dijual untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos.
Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi,
karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.
Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno, Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang , Malaysia . Di kantor Pusat Cancer Care Penang, Malaysia , Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut

mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia . Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisi
revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut, serta pengalaman isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker. Dari pembicaraan mereka, Dr.. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikan perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya . Maka secara resmi, Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial Cancer Care Indonesia , yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care, yaitu di
Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta , telp. 021-4894745, dan di Buduran, Sidoarjo.

Cancer Care Malaysiatelah mengembangkan bentuk pengobatan tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi ekstrak Keladi Tikus dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai tananaman lainnya dengan dosis tertentu. "Dosis yang diperlukan tergantung penyakit yang diderita," kata Boni.

Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui fax ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami fax-kan. Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligus
obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia , sekitar 40-60 Ringgit Malaysia ," lanjut Boni. " Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarik keuntungan, malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan waktu pembayaran. " tambahnya.

Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salah satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker
ginjal. Adadua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabayaini. Pasien
pertama yang mengidap kanker rahim tidak sempat diberi pengobatan dengan keladi tikus, karena telah ditangani oleh rekan-rekan dokter yang telah memiliki reputasi. Setelah menjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalami kerontokan rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah. Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini menanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi tikus untuk membantu proses penyembuhan kemoterapi.

Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami penderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi dokter ini menolak untuk diekspos karena menurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di Indonesia . Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai pengobatan alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun" atau dokter-dukun. "Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan modern," kata dokter tersebut.

Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan
sabu-sabu di Surabaya , yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat kanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III,
pasien tersebut mengkonsumsi pil dan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata obat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba dari peredaran darah penderita dan mengatasi ketergantungan pada narkoba tersebut. "Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi tikus, dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan timbul resistensi. Jadi jangan seperti kebo, habis mandi berkubang lagi," sambung Boni sambil tertawa.

Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat kemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan.

Menurut data Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telah disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker
payudara, paru-paru, usus besar-rectum, liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukemia, empedu, pankreas,
dan hepatitis.
Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran Ringgit Malaysia selama 5 tahun dapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan. Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan dengan artikel "Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga sosial

"Cancer Care Indonesia "
beralamat di Jl. Kayu Putih 4 no.5 Jakarta ,
telp : 021-4894745,

Minggu, 01 Februari 2009

sistem Telekomunikasi Daop 3 Cirebon


(Sumber : Semboyan35.com)

Diesel Locomotive Roster

Class Road
Number
Axle
Layout
Builder Builder's Number Model Prime
Mover
Power
(hp)
Date
B100 01 1A BY Pengok ? Bima Kunting I Willys Jeep ? 1963
B101 01 1A BY Pengok ? Pelita I MB OM 352 120 1969
B200 01-02 B Moyse 253, 255 20TDE ? 80 1961
B200 01 B BY Pengok ? Bima Kunting II ? ? 1965
B201 01 B BY Pengok ? Bima Kunting III DB M204B 120 1965
C 01-02 C Schoema ? Kebo Kuning ? 100 1963
C300 01-20 C Karl Marx 263002-263021 V30C MB 836B 270 1966
C301 01-08 C NCM 1-8 ? GM 8V71 252 1970-1
D300 01-30 D Krupp 3697-3726 M350D MB 836B 305 1958
D301 01-80 D Krupp 4148-4227 M350D MB 836B/2 305 1962-3
BB200 01-35 A1A-A1A EMD 22427-22461 G8U6 EMD 8-567CR 875 1957
BB201 01-02 A1A-A1A EMD 28674, 28675 G12U6 EMD 12-567C 1310 1963
BB201 03-11 A1A-A1A EMD 29360-29368 G12U6 EMD 12-567C 1310 1964
BB202 01-03 A1A-A1A EMD 33087-33089 G18U6 EMD 8-645E 1000 1967
BB202 04-08 A1A-A1A EMD 36819-36823 G18U6 EMD 8-645E 1000 1971
BB203 01-11 A1A-A1A GE 41573-41583 U18A1A GE 7FDL8 1380 1977
BB203 12-59 A1A-A1A GE 44131-44179 U18A1A GE 7FDL8 1380 1983-1985
BB204 01-06 Boz-2-Boz SLM 5213-5218 HGm4/6 MTU 12V396 1230 1982
BB204 07-10 Boz-2-Boz SLM 5278-5281 HGm4/6 MTU 12V396 1230 1983
BB204 11-17 Boz-2-Boz SLM 5627-5633 HGm4/6 MTU 12V396 1230 1984
BB300 01-30 B-B Krupp 3727-3756 M700BB MB 820B 625 1958-9
BB301 01-30 B-B Krupp 4669-4698 M1500BB MB 12V655 1300 1964
BB301 31-45 B-B Krauss Maffei 19121-19135 M1500BB MB 12V655 1300 1964-5
BB301 51-55 B-B Krupp 5083-5087 M1500BB MTU 12V538 1300 1970
BB302 01-06 B-B Henschel 31470-31475 DHG1000BB MB 12V493 830 1970
BB303 01-15 B-B Henschel 31761-31775 DHG1000BB MB 12V493 940 1972
BB303 16-20 B-B Henschel 31923-31927 DHG1000BB MB 12V493 940 1975
BB303 21-28 B-B Henschel 32215-32222 DHG1000BB MB 12V493 940 1978
BB303 29-42 B-B Henschel 32403-32416 DHG1000BB MB 12V493 940 1979
BB303 43-57 B-B Henschel 32758-32772 DHG1000BB MB 12V493 940 1984
BB304 01-11 B-B Krupp 5402-5412 M1500BB MTU 12V652 1410 1976
BB304 12-25 B-B Krupp 5546-5559 M1500BB MTU 12V652 1410 1983
BB305 01 B-B Nippon Sharyo ? ? NRTD-6-B1 320 1976
BB305 01-03 B-B Jenbach 3.751.001-3.751.003 Ldh1500BB MTU 12V652 1410 1982
BB305 04-06 B-B CFD ?-? BB1500HV MTU 12V652 1410 1984
BB306 01-22 B-B Henschel 32785-32806 DHG800BB MTU 8V396 802 1984
CC200 01-27 Co-2-Co GE 31904-31930 UM/106T Alco 12-244E 1600 1953
CC201 01-38 Co-Co GE 41433-41470 U18C GE 7FDL8 1825 1977
CC201 39-72 Co-Co GE 44097-44130 U18C GE 7FDL8 1825 1983
CC201 73R-90R Co-Co GE Rebuilt from BB203s U18C GE 7FDL8 1825 (1983)
CC201 91-110 Co-Co GE 46879-46898 U18C GE 7FDL8 1825 1991
CC201 111R-140R (ongoing) Co-Co GE Rebuilt from BB203s U18C GE 7FDL8 1825 (1983)
CC202 01-15 Co-Co GMDD A4562-A4576 G26MC-2U EMD 16-645E 2000 1986
CC202 16-33 Co-Co GMDD A4860-A4874 G26MC-2U EMD 16-645E 2000 1990, 1995
CC202 34-37 Co-Co GMDD ?-? G26MC-2U EMD 16-645E 2000 2001
CC202 38-39 Co-Co GMDD ?-? G26MC-2U EMD 16-645E 2000 2002
CC203 01-12 Co-Co GE 48372-48383 U20C GE 7FDL8 2000 1995
CC203 13-30 Co-Co GELI ?-? U20C GE 7FDL8 2000 1997-8
CC203 31-37 Co-Co GELI ?-? U20C GE 7FDL8 2000 1999-2001
CC203 38-41 Co-Co GELI ?-? U20C GE 7FDL8 2000 2002
CC204 01-04 Co-Co BY Pengok Rebuilt from CC201s C18MMi GE 7FDL8 1825 2003

Notes:
Horsepower ratings shown are hp available for traction. Dates shown might be build date, or service entry date.

Generally, it is accepted that the first diesel locomotive in Indonesia was the CC200. In fact, there was a locally-built diesel locomotives for the Dutch Royal Marines during the War of Independence period. See Jan de Bruin, Het Indische Spoor in Oorlogstijd, pp. 154-155. No. 5006 was built by De Vulkaan in Surabaya, with a frame from an SS wagon. It used a six-cylinder diesel from a Japanese artillery tractor.

Most of the smaller, older classes have now disappeared. PTKA intends to standardize on GE products (the CC201, 203 and 204 family) and thus the variation in the future might be much smaller. Diesel hydraulics (the 300 series), for example, are on their way out, and similarly older diesel electrics such as BB200, 201 and CC200.

The numbering of BB203s and CC201s is now very complicated, with most BB203s having been (or soon to be) rebuilt into CC201 xxRs, and four CC201s (nos. 03, 11, 16 and 37) rebuilt into CC204 01-04, respectively. There are now CC201s 01R, 14R and 18R, which were repowered from locomotives with the same numbers.

Following is a partial list on the numbers of BB203s converted to CC201s.

Rebuilt in 1989-1990

BB203
43
49
50
44
53
54
57
56
47
58
51
55
59
42
46
48
45
52
CC201
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90

Rebuilt in 1993
BB203
37
41
CC201
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120

Rebuilt in 1998-99

BB203
212728
CC201
126127128

Rebuilt in 2004 (ongoing)

BB203
20252226
CC201
138139140141*
* CC201141 to be finished in early 2005

This list still has some missing data and probably some inaccuracies. In Philip Graham's roster, there was a Moyse B200 diesel, which is not present in the Hartono book. Furthermore, there is a photograph of a small diesel locomotive which looks like it was built on the middle unpowered truck of a CC200, which is also unaccounted for. Strangely though, the line drawing of Bima Kunting II in the Hartono book shows a locomotive built on a CC200 powered truck!

Diesel Multiple Unit Roster

Class Number Built Builder Prime
Mover
Power
(hp)
Transmission Date
MCDW 300/
Kuda Putih/
Type I
7 Glossing und Schöler GmbH GM 8V71 200 Voith Diwabus U+S
(hydraulic)
1963
MCW 301/
Type II
24 Nippon Sharyo Shinko DMH 17H 180 Shinko TCR 2.5
(hydromechanic)
1976-1977
MCW 302/
Type II
112 Nippon Sharyo Shinko DMH 17H 180 Shinko TCR 2.5
(hydromechanic)
1978-1981
Type III 68 Rebuilt from Type II Cummins NT-855-R5 280 Voith T211r
(hydraulic)
1978-1981

Sources:
1994 Perumka roster by Philip Graham
1999 Locomotive Allocations by Darmadi
PJKA locomotive diagram book

Builder's list:
BY Pengok: Balai Yasa Pengok, Yogyakarta, Indonesia
CFD: Chemins de Fer Departmenteaux, Ateliers de Montmirail, France
EMD: Electro-Motive Division, General Motors, La Grange, USA
GE: General Electric Company, Erie, USA
GELI: PT General Electric Lokomotif Indonesia, Madiun, Indonesia
GMDD: General Motors Diesel Division, London, Canada
Henschel: Henschel, Kassel, (West) Germany
Jenbach: Jenbacher Werke, Austria
Krauss Maffei: Krauss Maffei, (West) Germany
Krupp: Krupp Industrietechnik, Essen, (West) Germany
Moyse: Locotracteurs Gaston Moyse, France
NCM: Nederlandse Constructiebedrijven Machinefabrik n.v., Delft, The Netherlands
SLM: Swiss Locomotive and Machine Works, Switzerland
VEB Karl Marx: Karl Marx Werke, Babelsberg, (East) Germany